3. Letakkan kode berikut di bawah kode

(lihat gambar 3)

INI YANG ANDA CARI?

Rabu, 13 April 2011

Dyspepsia


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun laporan ini.
Adapun isi dari laporan kasus ini adalah tentang “DYSPEPSIA” dimaksudkan bukan hanya untuk mengetahui saja, tetapi juga untuk diingat dan dicegah.
Demikian laporan kasus ini kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan masyarakat lainnya.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih sekali kepada semua pihak dan teman-teman yang telah memberikan dukungan terutama pembimbing kami.

                                                                                    Rs. Cut Mutia

Penyusun














BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kita berpikir bahwa penyakit dyspepsia bukan penyakit yang biasa-biasa saja. Kalau kita berpikir tentang dyspepsia secara cenderung memikirkan masalah lambung, usus kecil, kantong empedu, dan kolon (usus besar).

B.     Tujuan Pembahasan
Agar kita mengetahui sindrom dyspepsia ini merupakan kumpulan gejala nyeri/ rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah, rasa cepat kenyang, dan perut kembung.

C.    Manfaat Pembahasan
1.      Agar kita mengetahui kalau penyakit dyspepsia adalah penyakit pencernaan.
2.      Supaya kita mengetahui bahwa gejala dari dyspepsia adalah sebagian besar disebabkan oleh makanan.
3.      Supaya kita mengetahui masalah lingkungan dan nutrisi dapat mempengaruhi perkembangan lambung.
4.      Supaya kita mengetahui penyakit lambung/ dyspepsia adalah kelebihan asam lambung.




BAB II
DYSPEPSIA
Tinjauan Teoritis
·         Konsep Dasar

1.1.            Pengertian
Dyspepsia atau yang sering dirujuk oleh dokter, dyspepsia atau tidak berborok adalah suatu dari penyakit (ringan) yang paling umum dari usus-usus. Dyspepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada dyspepsia atau pencernaan yang abnormal dan ini kemungkinan besar adalah bukan kasusnya. Namun lain dari dyspepsia adalah “gangguan pencernaan.”
Dyspepsia digambarkan paling baik sebagai penyakit fungsional. Adakalannya ia disebut dyspepsia fungsional. Konsep dari penyakit fungsional terutama bermanfaat ketika mendiskusikan penyakit-penyakit sistem pencernaan. Konsep berlaku pada organ-organ berotot dari saluran pencernaan kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, kantong empedu, dan kolon (usus besar). Istilah fungsional adalah salah satu dari keduanya yaitu otot-otot dari organ-organ atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ yang tidak bisa bekerja secara normal, dan sebagai akibatnya organ-organ termasuk syaraf-syaraf yang terletak di dalam otot-otot dan organ-organ termasuk syaraf-syaraf dari sumsum tulang belakang dan otak.


1.2.            Etiologi
            Penyebab dyspepsia adalah tidak mengejutkan bahwa banyak penyaki-penyakit pencernaan telah dikaitkan dengan dyspepsia. Banyak penyakit yang bukan pencernaan juga telah dikaitkan dengan dyspepsia. Contoh penyakit tiroid dan ginjal berat. Penyebab kedua dari dyspepsia adalah obat-obat sering kali dikaitkan dyspepsia contohnya obat-obat anti peradangan, antibiotic dan estrogen. Disebabkan karena stress makanan-makanan yang merangsang (pedas, asam).

1.3.            Patofisiologi
            Gejal-gejala dyspepsia berasal dari sistem pencernaan bagian atas, terutama lambung dan bagian pertama dari usus kecil. Gejala-gejala ini termasuk nyeri perut bagian atas (di atas pusar), bersendawa mual (dengan tanpa muntah), cepat kenyang (perasaan kenyang setelah makan yang sangat kecil). Gejala-gejala kebanyakan dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan yang adalah waktu ketika banyak fungsi-fungsi pencernaan.

1.4.            Manifestasi Klinik
            Merupakan jalan pencernaan yang luas dan beratnya serangan dapat berubah yang bersifat refersibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Penyakit fungsional utama kedua adalah gejala-gejala dari IBS (Iritable Bawel Syndrome) sindrom iritasi usus besar. Gejala-gejala dari IBS berasal dari usus kecil dan besar. Gejala-gejala dari IBS termasuk nyeri perut yang disertai dengan pergantian-pergantian dalam gerakan-gerakan usus (pembuangan air besar) terutama sembelit atau diare.
            Sesungguhnya dyspepsia dan IBS adalah penyakit yang saling tumpang tindih karena sampai dengan separuh pasien dengan IBS juga mempunyai gejala-gejala dari dyspepsia. Suatu kelainan fungsional ketiga nyeri dada. Nyeri ini mungkin meniru namun ia tidak berkaitan dengan penyakit jantung.

1.5.            Diagnosa
            Dyspepsia didiagnosa terutama berdasarkan gejala-gejala khas dan penyampingan (eksklusi) dari penyakit-penyakit pencernaan yang bukan fungsional (termasuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan asam).

1.6.            Gambaran Klinis
Pada umumnya gambaran klinis dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Merasakan sakit atau tidak nyaman di perut bagian atas
b.      Merasakan mual dan muntah
c.       Penggelembungan perut dengan atau tanpa gas dalam perut yang meningkat.

1.7.            Komplikasi
            Komplikasi terjadi akibat pasien-pasien merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka mungkin kehilangan berat badan. Kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada penyakit-penyakit fungsional. Kehilangan berat badan harus menyarankan kehadiran dari penyakit-penyakit yang bukan fungsional.


1.8.            Pengobatan
1.      Pengobatan
Tujuan    : a. Mengatasi serangan dyspepsia dengan segera
                 b.  Mencegah kemungkinan yang akan terjadi
Obat       : -   anti biotik
-      Lanamol,
-      Lonsoprazole
-      versilon















BAB III
PENGKAJIAN
2.1.      Biodata
Nama                                 : Darkasyi
Jenis Kelamin                    : Laki-laki
Umur                                 : 18 Tahun
Status Perkawinan                        : Kawin
Agama                               : Islam
Pekerjaan                           : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat                              : Ulee Meuria Kec. Meurah Mulia
Tanggal     Masuk             : 07 Desember 2010
Ruangan/Kamar                : Vip Kupula/ Vip Kelas  I.E
Golongan Darah                : -
Tanggal Pengkajian           : 08 Desember 2010
Diagnosis Medis               : Dyspepsia
Terapi                                : Biasa
Pemeriksaan Penunjang    : Pemeriksaan Laboratorium
-          Tekanan Darah      : 130/90
-          Pois                       : 64 x 1
-          R/R                        : 36 x 11
-          Temp                     : 36,7
Keluhan Pasien                 : Demam, muntah, pusing, dan nyeri ulu hati
Obat yang di konsumsi     : Lonsoprazole, versilon, lanamo
2.2.      Analisa Data

No
Data
Masalah
Penyebab
1.



2.



3.
Ds  :  Klien menyatakan susah mencerna makanan
Do :  Klien gelisah/cemas

Ds  :  Klien Menyatakan nyeri di dalam perut
Do :  Ekspresi wajah pucat

Ds  :  Klien menyatakan terjadi perubahan pada dirinya di saat makanan sedang di cerna
Do :  Klien susah tidur, gelisah, sering mengeluh kesakitan di saat penyakitnya kambuh
-      Gangguan pada pola pencernaan


-      Nyeri



-      Perubahan penampilan peran
-      Tidak efektif pada pencernaan


-      Transit (pengangkutan yang lambat)

-      Dyspepsia








2.3.      Intervensi

No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan/ Intervensi
Intervensi
Rasional
1.






2.





3.
Pola cerna tidak efektif





Nyeri





Perubahan penampilan
-      Pencernaan kembali normal
-      Wajah tenang dan bersih



-      Nyeri klien hilang
-      Ekspresi wajah tenang
-      Istirahat cukup

-      Ekspresi ceria
-       Membersihkan resep obat
-      Posisi tidur biasa saja



-      Kaji tindakan yang dirasakan klien
-      Beri tindakan yang nyaman

-      Beri motivasi kepada klien
-       Dengan memberikan resep obat sehingga sakitnya berkurang

-      Kecepatan pencernaan meningkat



-      Agar rasa cemas hilang pada klien






2.4.      Evaluasi

Tanggal/ Jam
Evaluasi
09 Desember 2010
09.15 WIB



10 Desember 2010
10.00 WIB



11 Desember 2010
11.00 WIB
S :  Klien menyatakan susah mencerna makanan
O   :     Ekspresi wajah pucat
A   :     Masalah belum teratasi
P :  Intervensi dilanjutkan

S :  Klien menyatakan nyeri
O   :     Ekspresi wajah meringis
A   :     Masalah belum teratasi
P :  Intervensi dilanjutkan

S :  Klien menyatakan bahwa saluran pencernaannya
      sudah lancar kembali dan mengerti perubahan
      terhadap dirinya
O   :     Pasien tampak tenang
A   :     Masalah sudah teratasi
P :  Intervensi dilanjutkan






BAB IV
PENUTUP
3.1.      Kesimpulan
            Oleh sebab itu kita tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kolesterol.

3.2.      Saran
            Menurunkan kadar kolesterol air menjadi sarana kesembuhan. Dyspepsia ini lebih banyak terjadi pada orang-orang yang tidak memperhatikan pola makanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar